Kalau kita banyak melakukan dosa yang berulang-ulang, maka jangan sampai dosa yang terakhir kita lakukan itu menjadi sebab keterputus-asaan kita daripada bertaubat kepada Allah. Kalau kita menyerah dan berputus asa begitu saja, maka itulah yang dimaukan syaitan, tertipulah kita dengan permainan syaitan, selama-lamanyalah kita berkubang dalam maksiat dan berlipat gandalah musibah yang menimpa. Padahal bisa jadi itu adalah dosa yang terakhir, yang ditakdirkan Allah kepada kita. Sebagaimana ketika melakukan amal ibadah kita disuruh untuk husnuzhon kepada Allah, begitupula ketika kita melakukan perbuatan dosa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله
"Katakanlah hai Hambaku yang telah terlampau terhadap dirinya, janganlah kalian berputus asa daripada kasih-sayang Allah…" (Az-Zumar: 53)
و من يقنط من رحمة ربه إلا الضالون
"Dan siapakah yang berputus asa dari kasih-sayang Tuhannya melainkan orang-orang yang sesat." (Al Hijr: 56)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كل ابن آدم خطاء و خير الخاطائين التوابون
"Setiap anak Adam berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang bersalah adalah orang yang bertaubat." (Hadits Riwayat Imam Tirmidzi)
إن الله يحب كل مفتن تواب
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang banyak dosa, tapi banyak bertaubatnya." (Hadits riwayat Imam Ahmad)
Makanya Imam Ghazali bilang, "Sebagaimana kamu buat dosa berulang-ulang sudah menjadi pekerjaanmu, maka seperti itu pulalah kamu meminta ampun kepada Allah menjadi pekerjaanmu."
Jangan disalahpamai bahwa Imam Ghazali hendak menyuruh kita untuk mengulang-ngulang perbuatan dosa. Tidak, bukan seperti itu pemahamannya. Tetapi maksud beliau adalah hendak menyuruh kita untuk terus mengulang-ngulang taubat kita kepada Allah. Artinya: Tujuh puluh kali kita berbuat dosa, maka tujuh puluh kali pulalah kita meminta ampun. Jangan seperti Fir'aun yang tak pernah sekalipun mau meminta ampun kepada Allah setelah melakukan perbuatan-perbuatan dosa, toh itupun Allah masih saja menyuruh Nabi Musa dan Nabi Harun Alaihima salam untuk:
فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى
”…maka sampaikanlah nasehat kepadanya dengan perkataan yang lembut agar dia mengambil pelajaran dan merasa takut" (Thoha: 44)
Bandingkan dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang sama sekali tak pernah mau berbuat dosa tetapi selalu meminta ampun hingga tujuh puluh atau seratus kali dalam sehari. Wallahu a'lam…
Sumber:
Iqozhul Himam & Syarah Zarrouq fi Syarhi al-Hikam Ibnu Atho'illah As-Sakandari.
Al-faqir ilallah Muhammad Haris F. Lubis
Jum'at, 6 Mei 2011, Kairo pkl. 00.20 am
Recent Comments